Sabtu, 25 Februari 2012

Kunjungan Pangdam IV/Diponegoro ke Markas Dim 0731/Klp


Pada tanggal 09 Januari 2012 Hari Senin sekitar Jam 09.00 Wib Markas Kodim 0731/Kulonprogo menerima Kunjungan Kerja rombongan Bapak Pangdam IV/Diponegoro Mayjend TNI Ir.Mulhim Asrof, beserta Ibu, Beliau didampingi Kasi Ops, Kasiter dan Kasi Intel Rem072/Pmk Yogyakarta.

Di Markas Kodim 0731/Klp Bapak Pangdam IV/Diponegoro Mayjend TNI Ir.Mulhim Asrof disambut dan diterima langsung oleh Komandan Kodim 0731/Klp Mayor Inf  Tommy Siagian,Kepala Staf ,Pasi-Pasi dan Anggota Kodim 0731/Klp didampingi Bapak Bupati Kulonprogo beserta jajarannya,Ka Polres Kulonprogo, Dan Satradar Congot diruang tamu  Makodim 0731/Klp.

Dalam Kunjungan Kerjanya Pangdam IV/Diponegoro Mayjend TNI Ir. Mulhim Asrof memberikan arahan yang garis besarnya beliau mengatakan kepada Anggota Kodim 0731/Klp sebagai berikut :
1. Prajurit dan Pegawai Sipil TNI harus menghindari dan mencegah pelanggaran disiplin baik di satuan, masyarakat dan dijalan raya terutama berlalu lintas agar dapat diminimalisir kerugiaan personil maupun materiil.
2. Prajurit dan Pegawai Sipil TNI harus menjaga keluarganya agar terjadi keharmonisan dan kerukunan dalam berumah tangga.
3. Didalam bekerja dan bertugas Prajurit dan Pegawai Sipil TNI harus didasari dengan hati yang ikhlas.
4. Hilangkan imit bahwa setiap pemuda dan pemudi Indonesia bila menjadi TNI dan PNS memakai uang.
5. Prajurit TNI khususnya Kodim Teritorial dalam melaksanakan  dan menangani bencana alam di daerah langsung ke lokasi bencana tanpa harus menunggu administrasi, sedangkan administrasi bisa diurus belakangan, agar bencana alam cepat ditangani diharapkan dapat menghindari korban bencana alam lebih banyak.
Dalam akhir kunjungan kerjanya di Makodim  0731/Klp Beliau Bapak Pangdam IV/Diponegoro Mayjend TNI Ir.Mulhim Asrof berpesan kepada seluruh Prajurit dan Pns TNI didalam melaksanakan tugas di Teritorial harus mengedepankan niat ikhlas untuk ibadah bekerja karena alloh swt sehingga akan timbul semangat kerja yang apik dan tidak melenceng dari aturan agama dan Pemerintah terutama UUD 1945 dan Pancasila.

Selasa, 21 Februari 2012

Kesepakatan MoU yang bersifat Kontinjensi


Hari Selasa tanggal 21 Februari 2012, siang hari di Gedung Kaca Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, telah terjadi sepakatan penanda tanganan Nota Kesepahaman ( MoU : Memorandum of Understanding ) tentang penanganan masalah kontijensi (Permasalahan yang sifatnya Insidentil / mendadak) antara Pemerintah Kabupaten Kulonprogo dengan Kodim dan Polres Kulonprogo, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo langsung Beliau Bapak Bupati dr. H Hasto Wardoyo SpOG (K), Kodim 0731/Klp Beliau Bapak Letkol Inf Tommy Siagian, dan Kapolres beliau Bapak AKBP K Yani Sudarto SIK MSi, hadir dalam penanadatangan Kepala Desa/Kelurahan, Camat, Perwakilan Sekda, Staf Bupati dan perwakilan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah.

Dalam Sambutannya Dandim 0731/Klp Beliau Bapak Letkol Inf Tommy Siagaian mengatakan yang disimpulkan oleh Admin Kodim bahwa perlu diketahui MoU/Nota kesepahaman memiliki makna suatu kesepakatan bersama antara berbagai pihak dalam menangani dan menanggulangi berbagai permasalahan secara terpadu dan sinergis yang bersifat kontinjensi, sehingga permasalahan tersebut tidak meluas dan dapat diantisipasi seawal mungkin oleh berbagai pihak dengan tugas pokok,fungsi dan peran masing-masing. Tujuan MoU tersebut mengacu pada Nota kesepahaman sebelumnya yaitu memantapkan dan meningkatkan jalinan kesatuan persepsi, keterpaduan, sinkronisasi dan harmonisasi dalam menangani berbagai permasalahan yang bersifat  kontinjensi yang terjadi dengan penuh rasa tanggung jawab bagi terwujudnya situasi yang kondusif dan stabilitas diwilayah kabupaten kulonprogo.

Perlu diketahui upaya Kodim 0731/Klp dalam turut berpartisipasi membantu mengatasi berbagai permasalahan diwilayah kulonprogo diaplikasikan dalam bentuk kegiatan pembinaan teritorial yang merupakan tugas pokok dan sebagai fungsi utama TNI-AD yaitu merupakan usaha, pekerjaaan dan kegiatan utama TNI-AD dalam menyelenggarakan perencanaan, pengembangan, pengerahan dan pengendalian potensi wilayah pertahanan dengan segenap aspeknya dalam rangka mewujudkan ruang,alat dan kondisi juang yang tangguh serta Kemanunggalan TNI-Rakyat.

Sementara Bapak Bupati Hasto Wardoyo mengatakan dilaksanakan Nota Kesepahaman (MoU) ini tujuannya sebagai pedoman untuk mewujudkan sinergitas dalam pelaksanaan pejabat daerah agar sedini mungkin dapat menanggulangi dan menangani masalah kontijensi yang terjadi diwilayah kabupaten kulonprogo,Dinamika perkembangan lingkungan secara global dan nasional disamping telah memberikan adanya perubahan kearah yang positif juga telah berimplikasi terhadap timbulnya berbagai masalah yang mempengaruhi stabilitas dan kondusifitas wilayah kabupaten kulonprogo.

Senin, 20 Februari 2012

Kegiatan donor darah

Kodim 0731/Klp melaksanakan kegiatan donor darah dalam rangka HUT ke 62 Kodam IV/Diponegoro bertempat di Kantor PMI Kabupaten Kulonprogo Hari Rabu tanggal 15 Februari 2012,kegiatan ini dilaksanakan selesai dalam 1 hari dan diikuti oleh anggota TNI, Polri dan Pns, dari peserta yang terdaftar untuk anggota TNI Kodim 0731/Klp sebanyak : 40 orang, Polri : 6 Orang, Pns sebanyak : 7 orang, namun setelah di tensi ternyata yang dapat diambil 
darahnya : untuk Gol darah "O" = 8 orang, gol darah "B" : 12 Orang, gol darah "AB" : 1 orang. 
Kegiatan donor darah ini telah rutin dilaksanakan oleh Anggota Kodim 0731/Klp dalam tiap bulannya, kebetulan bulan ini bersamaan dengan HUT TNI ke 62 Kodam IV/Diponegoro.
Namun tidak kalah penting kegiatan yang berkaitan dengan Hari Jadi Kabupaten Kulonprogo yang ke 60, Dalam rangka Hari Jadi tersebut Pemda mengadakan Tableg Akbar yang dilaksanakan sekitar bulan Nopember 2011,kegiatan itu dilaksanakan untuk meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Alloh Swt, tujuan Tableg Akbar agar Pns dilingkungan Pemda Kulonprogo lebih giat lagi dalam beribadah sehingga akan terhindar dari perbuatan yang tidak terpuji, serta tercipta kerukunan antar umat beragama, saling bertoleransi, sehingga masyarakat kulonprogo akan semakin tentram dan damai, ini dinukil dari penceramah beliau Bapak Habib Syech Zainal.Tableg akbar dihadiri langsung Bapak Bupati,Wakil Bupati,Kasdim 0731/Klp,Kapolres serta tokoh2 agama dan masyarakat, dihadiri +/- 5.000 orang. selesai dilaksanakan sekitar jam 11.00 malam.

Sabtu, 18 Februari 2012

Perkembangan Dekadensi moral anak Bangsa

Bahwa kondisi anak-anak bangsa saat ini khususnya generasi muda dapat dikatakan mengalami dekadensi moral yang mengarah pada perubahan karakter anak bangsa. Hal ini terlihat dari sikap dan perilaku anak bangsa yang suka meniru gaya hidup dan perilaku budaya barat, seperti pesta miras, narkoba yang akan mengarah pada perilaku yang anarkhis dan keras serta susah diatur. Kondisi tersebut akan terlihat pada banyaknya tawuran antar pelajar di berbagai daerah yang akhir-akhir ini sering terjadi, sehingga akan meresahkan orang tua, bapak dan ibu guru serta masyarakat. Kondisi tersebut tidak terlepas dari derasnya pengaruh globalisasi dunia dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi informasi, sebagai contoh banyaknya internet yang memuat berita-berita yang kurang dapat dipertanggung jawabkan dengan situs-situsnya, yang dampaknya sangat kita rasakan dan dapat berpengaruh positif maupun pengaruh negatif terhadap perilaku anak-anak bangsa, apabila salah mensikapinya.

Oleh karena itu agar tidak terpengaruh negatif sebagai dampak dari perkembangan tekhnologi informasi, maka kita perlu menghayati kembali dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia, seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah merupakan kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima Sila. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia dapat kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari antara lain : 1. Meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-Nya. 2. Saling menghormati antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda. 3. Saling menghormati dalam menjalankan ibadah dan tidak boleh memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. 4. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan tepo saliro serta sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. 5. Bersikap rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara yang dilandasi rasa cinta tanah air. 6. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. 7. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. 8. Tidak bersifat hidup boros dan tidak bergaya hidup mewah.

Kemudian kita harus tetap menjaga dan membina karakter jati diri kita sebagai bangsa Indonesia, antara lain : 1) Semangat, 2) Ulet, gigih, tangguh dan pantang menyerah, 3) Tabah dan sabar, 4) Jujur dan sportif, 5) Semangat kebersamaan, kekompakan, persatuan dan kesatuan, 6) Tanpa pamrih, 7) Kehormatan dan harga diri, 8) Rela berkorban, 9) Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Disamping itu kepada para siswa sekalian diharapkan dapat memegang teguh, mempedomani dan mengamalkan “Kelima Janji Siswa” yang telah diterima oleh para siswa sekalian untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan tersebut diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan tangguh baik dari segi moral maupun akademik sehingga dapat memiliki “Keunggulan Komparatif “ khususnya kepada para siswa SMP N 1 Lendah, sehinggga dapat menjaga nama baik keluarga, sekolah serta dapat mengangkat kehormatan, integritas dan jati diri bangsa Indonesia.

Kamis, 16 Februari 2012

Pembinaan Karakter Bangsa sebagai pedoman Jati diri Bangsa Indonesia

Pada tanggal 6 Pebruari 2012 Komandan Kodim 0731/Klp yaitu Beliau Bapak Letkol Inf Tommy Siagian melaksanakan upacara bendera hari senin bertempat di SMP-3 Wates,Beliau bertindak sebagai Irup,Dalam Upacara tersebut dihadiri Kepala & Wakil Kepala Sekolah Serta segenap Guru dan Karyawan SMP-3 Wates, yang diikuti pula murid dari kelas 1 s/d kelas 3 SMP-3 Wates,Amanat/Sambutan yang disampaikan beliau Bapak Dandim 0731/Klp kepada peserta upacara Dalam Situasi dan kondisi bangsa indonesia saat ini sangat pelik dan rawan karena mmenyangkut kredibilitas bangsa kita yaitu masalah globalisasi dan maraknya teknologi informasi,terorisme,radikalisme,konflik horizontal maupun gerakkan Negara Islam Indonesia yang sangat meresahkan masyarakat bangsa indonesia. Kondisi ini sangat menyentuh hati nurani dan perasaan kita,hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena merupakan pertaruhan terhadap bangsa.

Diharapkan hal tersebut jangan sampai mempengaruhi rasa kebersamaan,persatuan dan kesatuan serta rasa nasionalisme dari seluruh bangsa terutama generasi muda dan anak-anak.Yang tidak kalah gentingnya adalah masalah konflik horizontal yang berkepanjangan dan tidak kunjung selesai seperti yang terjadi diberbagai daerah,maraknya radikalisme serta gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang sangat perlu diwaspadai dan dicermati dengan sungguh-sungguh oleh Pemerintah, ancaman itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena disamping dapat mengurangi kewibawaan pemerintah juga sangat mengganggu ketenangan hidup masyarakat dan pada akhirnya dapat menimbulkan keresahan sosial. Disisi lain derasnya arus globalisasi dunia serta perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (contoh internet dengan situs2nya baik sisi positif dan negatifnya)yang dampaknya sangat kita rasakan dan dapat berpengaruh baik positif maupun negatif terhadap perilaku anak-anak bangsa apabila salah dalam mensikapinya, oleh karena itu agar tidak terpengaruh dari sisi negatif sebagai dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan tehnologi dan informasi,maka perlu kita tingkatkan iman dan taqwa kepada alloh swt serta kita selalu membina karakter jati diri kita yang berpedoman pada jati diri sebagai bangsa indonesia,untuk membangun dan membina karakter harus berpedoman pada pancasila dan UUD 1945, adapun nilai-nilai karakter yang perlu kita pahami dan kita amalkan antara lain : 1. Semangat 2. Ulet,gigih,tangguh dan pantang menyerah. 3. Tabah dan sabar. 4. Jujur dan positif 5. Semangat kebersamaan,kekompakan,persatuan dan kesatuan. 6. Tanpa pamrih. 7. Kehormatan dan harga diri. 8. Rela berkorban. 9. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.

Disamping itu kita harus selalu mempertahankan "empat pilar bangsa" yang menjadi konsensus dasar bangsa indonesia dalam berbangsa dan bernegara yaitu : "Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinekka Tunggal Ika, empat pilar ini sebagai alat perekat dan pemersatu bangsa. Dalam upaya menjaga integritas bangsa dan negara perlu peningkatan pembinaan terhadap segenap komponen bangsa oleh karena itu Kodim 0731/Klp melalui fungsi pembinaan teritorial turut serta berpartisipasi dan berupaya membangkitkan,mendorong serta memberikan semangat bagi segenap para siswa dalam meningkatkan partisipasi para siswa dalam mewujudkan kesadaran Bela Negara sesuai amanat pasal 27 ayar 3 UUD 1945 yang berbunyi : "Setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara".

Selasa, 14 Februari 2012

Kunjungan kerja Kasdam IV/Diponegoro di Makodim 0731/Klp



Kepala Staf Kodam / Kasdam  IV/Diponegoro Brigjend TNI Dedi Kusnadi  Hari Kamis tanggal 02 Februari 2012 sekitar pukul 10.15 Wib mengadakan Kunjungan Kerja ke Makodim 0731/Klp. Kepala Staf Kodam IV/Diponegoro didampingi oleh Kasintel Rem 072/Pmk Kolonel Inf Aris Artanto, Dalam kunjungan kerjanya  ke Makodim 0731/Klp, Kasdam IV/Diponegoro dan rombongan diterima langsung oleh Komandan Kodim 0731/Klp Letkol Inf  Tommy Siagian, Kepala Staf serta Perwira Stafnya berikut ibu-ibu Persit Makodim 0731/Klp.

Dalam pengarahannya Kasdam IV/Diponegoro di depan seluruh anggota Markas Kodim 0731/Klp mengharapkan kepada anggota Prajurit TNI dan PNS-nya agar dengan penuh tanggung-jawab melaksanakan tugas-tugasnya / kinerjanya  karena saat ini  setiap anggota prajurit TNI dan  PNS  yang mempunyai jabatan akan mendapatkan penghargaan atau dengan kata lain dapat remunerasi hal ini sesuai dengan jabatan yang dibebankan kepadanya.   Remunerasi sebenarnya bukan hak mutlak anggota oleh sebab itu, personel yang saat ini memangku jabatan supaya dapat mempertahankan jabatannya dengan melakukan tugas-tugasnya dengan baik dan benar. Komando akan memperhatikan setiap prajuritnya yang baik dan dapat di bina, namun demikian bagi anggota yang sering melakukan pelanggaran  berat dan tidak dapat dibina lagi, komando tidak segan-segan untuk memberhentikan dari jabatannya.

Remunerasi bagi prajurit TNI dan PNS ini adalah sebuah Manevestasi sebuah pemikiran dari Pemerintah yang sangat mendalam dengan alasan atau sebab-sebab sangat mendasar serta masuk akal dan realistis, pemikiran tersebut dari sebab dan realita kehidupan banyaknya anak anggota prajurit TNI dan PNS terbengkalai/terbelakang dalam segi pendidikannya mereka tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi sehingga untuk bersaing dengan anak-anak yang lain tidak bisa kompetitif karena keterbatasan keuangan yang dimiliki seorang anggota prajurit TNI dan Pns itu penyebab pertama, terus penyebab yang kedua disinyalir banyak anggota prajurit TNI dan PNS tidak mempunyai rumah sendiri atau masih ikut numpang mertua,sangatlah ironis sekali, dengan gaji yang selama ini diterima belum bisa mensejahterakan dan memadai membahagiakan anggota prajurit TNI dan PNS beserta keluarganya,namun dengan adanya remunerasi ini walaupun baru diterimakan sekitar 33% tapi sudah sangatlah membantu kesejahteraan bagi prajurit TNI dan PNS beserta keluarganya,diharapkan tahun 2012 remunerasi bagi prajurit TNI dan PNS bisa ditingkatkan lagi paling tidak menjadi 70% sehingga kesejahteraan bisa meningkat lagi.

Pada kesempatan itu, Kasdam IV/Diponegoro memberikan arahan didalam berkerja dan bertugas Prajurit TNI dan PNS Kodim 0731/Klp harus bisa disiplin waktu, menjaga fisik dengan berolah raga yang teratur, efisien tenaga serta harus hidup pikiran dan ide-idenya diharapkan kedepan citra TNI semakin baik sehingga bisa memikat hati rakyat bangsa Indonesia.  Karena TNI adalah bagian dari rakyat dan rakyat juga bagian dari TNI sehingga bisa membaur bersatu padu  dengan rakyat.

Penekanan selanjutnya kepada para babinsa supaya mengetahui bahwa musuh utama bagi negara adalah teroris. Oleh karena itu para babinsa hendaknya melaksanakan tugasnya dengan baik dan menumbuh kembangkan temu cepat dan lapor cepat terhadap perkembangan yang ada di wilayah desa binaannya.Prajurit TNI dalam bekerja harus berpedoman kepada Sumpah prajurit, 8 wajib TNI serta jaga Netralitas TNI hal ini sesuai  dengan pedoman yang digariskan atau ditetapkan oleh Komando Atas.

Kasdam IV/Diponegoro dalam akhir kunjungannya menekankan kembali kepada seluruh anggota TNI dan PNS tentang disiplin dan kedewasaan prajurit, saya minta agar kalian tetap berdisiplin tinggi karena itu adalah kuncinya, kalian harus bisa menjadi contoh dan tauladan bagi masyarakat sekitar, jangan kalian membuat pelanggaran atau melakukan tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang prajurit TNI dan PNS , perbedaan harus dapat dijadikan sebagai sumber kekuatan, jangan dijadikan sumber masalah sumber perpecahan antara TNI dan masyarakat dan tumbuhkan kesadaran dan kedewasaan agar tercipta kerukunan kehidupan yang baik antar sesama prajurit dan pns serta masyarakat, Beliau Bapak Kasdam IV/Diponegoro sekitar pukul +/- 12.00 Wib berpamitan dan melanjutkan kunjungan kerjanya ke Satuan Satradar Congot yang berada diwilayah perbatasan Kota Wates dengan Kota Purworejo.

Sabtu, 11 Februari 2012

Membangun karakter untuk masa depan dan bangsa yang kuat


Upaya membangun karakter, guna menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, terutama pembangunan sumber daya manusia Indonesia, yang berarti pula perlu adanya pembinaan sumber daya manusia, guna menciptakan ketahanan nasional yang tangguh. Oleh karena itu dalam rangka membangun karakter bangsa diperlukan partisipasi dan pembinaan dari berbagai komponen bangsa melalui pola pembinaan karakter di dalam keluarga, pembinaan karakter di lembaga pendidikan dan pembinaan karakter di  lingkungan masyarakat.
            Namun pembangunan karakter bangsa tersebut tidak akan terlepas dari berbagai pengaruh baik tingkat global, regional maupun nasional. Lahirnya globalisasi dunia dan perkembangan Tekhnologi informasi  yang sangat pesat telah membawa pertemuan dan gesekan-gesekan nilai-nilai budaya diseluruh dunia dan akan berpengaruh terhadap perkembangan politik, sosial, ekonomi dan budaya di Indonesia.  Kondisi tersebut apabila tidak disikapi dengan bijak akan berdampak pada sikap dan perilaku anak bangsa yang mengarah pada terjadinya degradasi etika, moral dan wawasan kebangsaan. 
Globalisasi akan berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan bangsa yang multidimensional dan saling mengkait. Krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia pada dasa warsa yang lalu akan berdampak pada krisis sosial dan politik, yang pada perkembangannya justru akan menyulitkan upaya pemulihan ekonomi. Disamping itu banyaknya konflik horisontal dan vertikal  yang terjadi dalam kehidupan sosial merupakan salah satu akibat dari semua krisis yang terjadi. Apabila kita melihat  bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural seperti beragamnya suku, budaya daerah serta kondisi geografis negara kepulauan yang tersebar, tentunya semua itu mengandung potensi konflik  yang dapat melemahkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Kecenderungan tersebut berpotensi mendorong timbulnya perilaku masyarakat yang radikal dan anarkhis sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan  konflik horisontal antar kelompok, sebagai contoh yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal, tawuran antar kelompok masyarakat dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya, bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang meresahkan.

Fenomena-fenomena tersebut memberi gambaran tentang pudarnyya nilai-nilai yang hidup di tengah-tengah masyarakat, baik nilai-nilai lokal dan berbagai pluralitas yang lain, yang merupakan nilai-nilai luhur dan merupakan jati diri bangsa Indonesia. Fenomena tersebut juga akan dapat menyebabkan memudarnya semangat nasionalisme yang pada akhirnya akan mengganggu dan melemahkan ketahanan nasional. 
Kemudian, dampak dari krisis multidimensional yang terlihat dari fenomena di atas, telah memperlihatkan tanda-tanda awal munculnya krisis kepercayaan diri dan rasa hormat diri sebagai bangsa, yang berupa keraguan terhadap kemampuan diri sebagai bangsa untuk mengatasi persoalan-persoalan mendasar yang terus datang. Apabila krisis multidimensi di atas sudah sampai pada krisis kepercayaan diri, maka eksistensi bangsa Indonesia saat ini sedang dipertaruhkan.  Maka sekarang ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan evaluasi dan membangun kembali sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara “ nation and character buliding “ , karena mungkin saja persoalan-persoalan yang kita hadapi selama ini berawal dari kesalahan dalam menghayati dan menerapkan konsep awal “ kebangsaan “ yang menjadi pondasi “ ke-Indonesia-an “ , ataukah kesalahan para penerus kemerdekaan. Kesalahan ini yang antara lain dapat menjerumuskan bangsa Indonesia ke kondisi yang tidak diharapkan.

Dengan merasakan kondisi nyata bangsa yang sedang terjadi selama ini, maka timbul pertanyaan, mengapa akhir-akhir ini wawasan kebangsaan menjadi dipersoalkan ?  Hal ini tidak lepas dari berbagai perilaku penyimpangan yang terjadi di masyarakat sehingga menyebabkan terganggungnya kehidupan sosial masyarakat. Apabila kita mencoba mendalaminya, menangkap berbagai ungkapan masyarakat, terutama dari kalangan cendekiawan, pemuka dan tokoh masyarakat, perilaku tersebut patut menjadi masalah keprihatinan.  Pertama,  ada keprihatinan tentang adanya upaya baik dari dalam maupun dari luar negeri yang sengaja melarutkan  pendangan hidup bangsa kedalam pola pikir yang asing untuk bangsa ini.  Kedua,  ada kesan yang seakan-akan bahwa saat ini keadaan semangat kebangsaan telah menjadi dangkal, tererosi dan terjadi degradasi terutama sekali  terasa di kalangan generasi muda, seringkali disebut bahwa sifat induvidualis, konsumtif dan materialistik mengubah idealisme yang merupakan jiwa kebangsaan kita.  Ketiga,  adanya kekhawatiran ancaman akan pecahnya integrasi kebanggsaan, dengan malihat gejala yang terjadi di Yugoslavia, di bekas Uni Soviet dan juga di negara-negara lain, dimana paham kebangsaan merosot menjadi paham kesukuan atau keagamaan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya para penyelenggara negara saat ini yang suka meniru gaya hidup baru dari luar negeri, yang kadang tanpa memperhitungkan dampaknya bagi kelangsungan hidup masa depan bangsa.

APA  ITU  KARAKTER

Sebelum  dilakukan pembahasan pada penulisan makalah ini, akan disampaikan apa itu karakter :
1)            Menurut Bahasa adalah Tabiat/kebiasaan.
2)             Watak ( perangai batin ) mengandung arti bentuk pribadi, tingkah laku atau budi pekerti.
3)            Ilmu karakter mengandung arti gerak-gerik, tingkah laku, amal perbuatan, cara bersikap hidup yang berbeda dengan orang lain. Dengan demikian Karakter akan menampilkan sikap  dan perilaku yang didorong dari dalam  ( sebagai inner power ) untuk menampilkan dan mewujudkan hal-hal yang terpuji. Dengan kata lain karakter sebagai mesin penggerak dan sekaligus kemudi yang menentukan pilihan induvidu bangsa menuju suatu kebahagiaan atau menuju kehancuran. 
Dengan demikian “ Karakter Bangsa “ adalah merupakan tata nilai budaya dan keyakinan yang mengejawantahkan dalam kebudayaan suatu masyarakat dan memancarkan ciri-ciri khas keluar, sehingga dapat ditanggapi orang sebagai kepribadian masyarakat tersebut, (Forum Kajian Antropolgi Indonesia, 2008 Hal 8).
 
Disamping itu, pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional adalah “ bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, temperamen, watak “. Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ to mark “ atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan berperilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang berperilaku  sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
 
Pembinaan dan pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak atau seseorang, agar supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang baik dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik dan warga Negara yang baik, bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai tertentu, yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu hakekat dari pembinaan dan pendidikan karakter dalam konteks membangun bangsa Indonesia adalah pembinaan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi penerus bangsa.


MEMBANGUN KARAKTER BANGSA 

Beberapa pengertian tersebut di atas adalah merupakan acuan dalam pembahasan dan selanjutnya akan dibahas bagaimana kondisi faktual yang meliputi berbagai keprihatinan  tersebut di atas, seperti yang kita rasakan saat ini, pola sikap dan pola tindak  serta soliditas bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisi sosial yang mempengaruhi  kehidupan sosial masyarakat. Kondisi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan yang disebut dengan pancagatra, dalam ketahanan nasional merupakan satu kesatuan gatra, artinya bahwa hubungan antar gatra merupakan satu sistem kekuatan yang utuh, kompak, ulet dan tangguh dalam mengatasi segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan terhada bangsa dan negara. Kelemahan atau kerapuhan pada salah satu gatra merupakan ancaman bagi kelemahan gatra secara keseluruhan, demikian pula sebaliknya.

            Dampak perkembangan global yang demikian cepat didukung oleh perkembangan teknologi informasi  dam komunikasi, telah membuat dunia ini seolah semakin sempit, tidak lagi memiliki batas-batas ruang dan waktu.  Hal ini dapat berdampak langsung terhadap pergeseran tata nilai bangsa, yang tercermin dalam setiap pola sikap, pola pikir dan pola tindak setiap anak bangsa.  Dalam bidang sosial budaya, globalisasi telah membawa pertemuan dan gesekan-gesekan  nilai-nilai budaya dan agama di seluruh dunia, yang dapat menghasilkan kompetisi tidak sehat, saling mempengaruhi serta terjadi pertentangan. 
            Disamping itu kerawan sosial timbul akibat kesejangan ekonomi yang semakin tinggi dan berbagai ketidak adilan antar kelompok masyarakat.  Sementaran itu masalah sosial budaya lainnya seperti merebaknya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme yang sulit diberantas dan munculnya berbagai kasus suku, agama, ras dan antar golongan ( SARA ), Konsekuensi logis dari pengaruh perkembangan global adalah perubahan tata nilai, tata laku dan gaya hidup masyarakat Indonesia yang mengarah pada sikap  induvildualistik dan hedonis dengan tampilan perilaku yang keras dan susah diatur.
            Budaya dan adat istiadat masyarakat Indonesia  mempunyai perbedaan antara lain suku yang satu dengan yang lainnya, sehingga hal ini akan saling mempengaruhi dalam proses/kontak kebudayaan. Kontak kebudayaan atau adat istiadat akan terjadi Cultur animosity  yaitu keadaan dimana dua masyarakat yang memiliki kebudayaan berbeda akan saling menolak pengaruh kebudayaan / adat istiadat antara satu dengan yang lain. Hal ini akan menjadi rentan  terhadap persatuan dan kesatuan, manakala menonjolkan kepentingan budaya ataupun adat istiadatnya. Sehingga perlu adanya penyadaran untuk saling menghormati melalui pembinaan keluarga, di lembaga pendidikan maupun di lingkungan masyarakat, yang secara utuh untuk mewujudkan rasa persatuan dan kesatuan budaya atau adat istiadat sebagai khasanah budaya bangsa Indonesia yang saling menghormati.
            Fenomena-fenomena tersebut di atas memberikan gambaran tentang pudarnya nilai-nilai Pancasila, baik nilai-nilai agama maupun nilai-nilai kearifan lokal, yang selanjutnya akan dapat memudarkan semangat kebangsaan. Kecenderungan tersebut akan berpotensi mendorong timbulnya perilaku masyarakat yang anarkhis dan radikal, sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan konflik horisontal, yang akhir-akhir ini sering terjadi di berbagai wilayah. Salah satu solusinya adalah peningkatan kualitas kehidupan melalui pendidikan, yang bertumpu pada jati diri bangsa Indonesia. Hal itu akan terwujud apabila ada pemahaman yang sama tentang implementasi  karakter kebangsaan dalam kehidupan keluarga, lembaga pendidikan dan di lingkungan sosial masyarakat.
            Perkembangan ligkungan strategis baik tingkat global, regional maupun nasional, akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap upaya membangun karakter kebangsaan dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa. Globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, di satu sisi dapat memacu semangat bangsa Indonesia untuk membangun bangsanya maju sejajar dengan negara-negara lain. Di sisi lain banyak pengaruh negatifnya dan apabila tidak difilter akan berpengaruh terhadap perilaku anak bangsa. Sehingga globalisasi akan melindas bangsa-bangsa di dunia ini yang tidak memiliki karakter kebangsaan yang kuat, karakter kepribadian yang kuat dan selanjutnya akan mampu mewujudkan bangsa yang kuat dan terciptanya katahanan nasional yang kuat.
            Bangsa Indonesia telah sepakat bahwa Pancasila yang di gali dari nilai-nilai luhur budaya bangsa digunakan sebagai dasar negara, ideologi, pandangan hidup dan falsafah bangsa serta dijadikan paradigma nasional pemersatu bangsa Indonesia. Kemudian bergulirnya arus reformasi nasional merupakan fakta bahwa bangsa Indonesia menghendaki perubahan-perubahan. Diharapkan cita-cita reformasi adalah merupakan kelanjutan dari cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia. Disamping itu bangsa Indonesia terdiri dari pluralitas dan heterogenias  etnis, bahasa, adat-istiadat yang merupakan kekayaan budaya bangsa. Jika hal itu dikelola dengan baik akan menjadi kekuatan perekat dan pemersatu bangsa dalam membangun Indonesia yang multikultural, sehingga ketahanan nasional akan tetap terjaga.

            Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa  yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, baik langsung maupun tidak langsung yang membahayakan identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasinoal. Ketahanan nasional harus dimulai dari membangun katahanan dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan, baik lingkungan tempat tinggal, lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan, lingkungan kerja dan berlanjut dalam lingkungan wilayah yang pada akhirnya akan bermuara pada satu titik yakni katahanan nasional.
Ketahanan nasional juga dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang kualitasnya rendah dan lemahnya karakter. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan berpengaruh dalam penyediaan bahan pangan, tingkat kesehatan, pendidikan, lapangan kerja, kerusakan lingkungan maupun pemanasan global, yang akan berdampak pada tingkat kemiskinan semakin tinggi, sehingga akan menyebabkan pada lemahnya ketahanan, pertahanan bangsa dan negara. Oleh sebab itu jumlah penduduk harus dikendalikan. Apabila tidak dikendalikan diprediksi jumlah penduduk tahun 2045, 1 dari 20 penduduk dunia adalah orang Indonesia, yang berjumlah + 450 juta jiwa, ( Editorial Media Indonesia, 4 April 2011 ).    Jumlah penduduk yang relatif kecil, baik di dalam keluarga, masyarakat maupun negara, akan lebih mudah dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai karakter suatu bangsa. 
Pembinaan dan pendidikan karakter harus berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal yang bersumber dari agama. Pembinaan dan pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai dasar tersebut.  Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah : cinta kepada Tuhan dan ciptaan-Nya ( alam seisinya ), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan. Disamping itu nilai-nilai karakter yang lain adalah meliputi : 1) Bertaqwa, 2) bertanggung jawab, 3) Berdisiplin, 4) Jujur, 5) Sopan, 6) Peduli, 7) Kerja keras, 8) Sikap yang baik, 9) Toleransi, 10) Kreatif, 11) Mandiri, 12) Rasa ingin tahu, 13) Semangat, 14) Cinta damai, 15)      Menghargai. 
            Disamping nilai-nilai karakter tersebut, di dalam Ketetapan MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang etika kehidupan berbangsa,diamanatkan bahwa untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertaqwa, dan berahklak mulia serta berkepribadian Indonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa tersebut mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Kemudian 4 ( empat ) Pilar bangsa yang menjadi konsesus dasar bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara yaitu “ Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika “ yang merupakan pilar perekat bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Adakah nilai-nilai karakter tersebut pada diri kita, pada keluarga kita, pada masyarakat dan apakah nilai-nilai karakter tersebut saat ini ada pada kita bangsa Indonesia. Ataukah sebaliknya, karena pengaruh derasnya arus globalisasi dunia dan maraknya teknologi informasi, sehingga kita lupa pada jati diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu diharapkan kepada para orang tua, Tokoh masyarakat, Tokoh agama, para Alim ulama, para Pendidik dan seluruh komponen bangsa untuk berperan aktif dalam menanamkan nilai-nilai karakter bangsa, sehingga anak-anak kita tidak terjerumus pada perilaku dan tindakan yang negatif. Lemahnya pendidikan karakter pada anak usia dini akan berakibat pada masa remaja, karena tidak memilki pondasi karakter yang kuat dan kokoh, sehingga kehidupan mereka akan mudah goyah dan terombang-ambing oleh situasi dan keadaan yang melingkupinya. Dengan demikian tugas orang tua bukan hanya mendidik anak untuk menjadi pandai dalam bidang inteligensia, akan tetapi membekali dan mendidik anak dengan membekali moral yang baik yang akan mengarah pada pembentukan karakter, terutama dengan mengaplikasikan pada anak tentang nilai-nilai karakter yang telah disebutkan di atas. Demikian juga lembaga pendidikan tidak hanya mendidik anak / siswa menjadi pandai dalam bidang akademik, namun diharapkan membekali dan mendidik siswa memiliki moral yang baik dan berkarakter. Dengan bekal karakter dari keluarga dan dari lembaga pendidikan diharapkan seorang anak dapat menyaring berbagai pengaruh negatif, sehingga seorang anak dapat dengan mudah bergaul dan hidup di lingkungan masyarakat. Dengan demikian kita harus membentuk  dan membangunan karakter anak dan bangsa kita yang sesuai dengan perjalanan sejarah, budaya dan nilai-nilai yang kita anut berdasarkan jati diri kita dan jati diri bangsa, dan proses pembangunan  karakter adalah merupakan suatu proses yang tidak pernah berhenti ( character building is a never ending proces ). 
Sejarah memberikan pelajaran yang sangat berharga, betapa perbedaan, pertentangan dan pertukaran pikiran, itulah hakekat yang sesungguhnya, yang mengantarkan bangsa Indonesia ke pintu gerbang “ kemerdekaan “. Melalui perbedaan, pertentangan dan pertukaran pikiran tersebut kita banyak belajar, bagaimana toleransi dan keterbukaan dari para Pendiri Republik ini dalam menerima pendapat dan berbagai kritik saat itu. Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa mencermati, betapa kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di dalam identitas kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan itu tidak menjadi persoalan bagi mereka. Oleh karena itu pendidikan dan pembinaan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila dan landasan Konstitusional UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.
            Sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda“ menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air dan berbahasa satu  yaitu Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya bentuk Negara Kesatuan. Peristiwa sejarah itu menunjukkan adanya suatu kebutuhan yang secara sosio-politis merefleksi keberadaan watak pluralisme bangsa Indonesia. Kenyataan sejarah dan sosio budaya tersebut lebih diperkuat melalui arti simbol “ Bhineka tunggal Ika “  pada lambang Negara Indonesia.

 Dari mana kita memulai belajar nilai-nilai karakter bangsa, dari Keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat.  Dengan melihat berbagai fenomena  di atas, maka tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pembinaan dan pendidikan karakter sebagai suatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasinya yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya menuntut adanya dukungan yang kondusif dari para pranata politik, sosial, seluruh stakeholder dan budaya bangsa.

            “Membangun Karakter Bangsa untuk memperkuat Ketahanan Nasional”, adalah merupakan kearifan dari keanekaragaman nilai dan budaya kehidupan masyarakat. Kearifan itu diharapkan segera muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pembinaan dan pendidikan karakter harus diletakkan pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada suku, ras dan keagamaan. Pembinaan dan pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan hanya sekedar simbol atau slogan, tetapi keberpihakan yang cerdas untuk memperkuat ketahanan nasional  guna membangun keberadaban bangsa Indonesia di masa depan.

HASRAT UNTUK BERUBAH
Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal,
Aku bermimpi ingin mengubah dunia,
Seiring dengan bertumbuhnya usia dan kearifanku,
Kudapatkan bahwa,
Dunia tidak kunjung berubah,
Maka cita-cita itupun agak kupersempit,
Lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku,
Namun tampaknya,
Hasrat itupun tiada hasil
Ketika usiaku semakin senja
Dengan semangatku yang masih tersisa
Kuputuskan untuk mengubah keluargaku
Orang-orang yang paling dekat denganku
Tetapi celakanya, merekapun tidak mau diubah
Dan kini sementara aku berbaring saat ajal menjelang
Tiba-tiba kusadari,
“ Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku “
Maka dengan menjadikan diriku sebagai teladan,
Mungkin aku bisa mengubah keluargaku,
Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,
Bisa jadi akupun mampu memperbaiki Negeriku
Kemudian siapa tahu, aku bahkan bisa mengubah dunia.

apa itu karakter : 

1.         Menurut Bahasa adalah Tabiat/kebiasaan.
2.         Watak ( perangai batin ) mengandung arti bentuk pribadi, tingkah laku atau budi pekerti.
3.         Ilmu karakter mengandung arti gerak-gerik, tingkah laku, amal perbuatan, cara bersikap hidup yang berbeda dengan orang lain. Dengan demikian Karakter akan menampilkan sikap  dan perilaku yang didorong dari dalam  ( sebagai inner power ) untuk menampilkan dan mewujudkan hal-hal yang terpuji. Dengan kata lain karakter sebagai mesin penggerak dan sekaligus kemudi yang menentukan pilihan induvidu bangsa menuju suatu kebahagiaan atau menuju kehancuran. 
Dengan demikian “ Karakter Bangsa “ adalah merupakan tata nilai budaya dan keyakinan yang mengejawantahkan dalam kebudayaan suatu masyarakat dan memancarkan ciri-ciri khas keluar, sehingga dapat ditanggapi orang sebagai kepribadian masyarakat tersebut.
Oleh karena itu pendidikan dan pembinaan karakter harus digali dari landasan idiil Pancasila dan landasan Konstitusional UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945.

1.         Bahwa pembangunan karakter tidak dapat diiajarkan melainkan hanya dapat ditularkan melalui internalisasi, keteladanan,  dan sosial kontrol.
2.         Pembangunan karakter induvidu anak bangsa harus dimulai dari rumah, sekolah dan di masyarakat.
3.         Membangun karakter tidak bisa dilakukan dengan mudah dan santai, membangun karakter hanya bisa dilakukan melalui penanaman disiplin dan tanggung jawab.
4.         Pendidikan karakter merupakan tanggung jawab bersama seluruh komponen bangsa baik pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan maupun orang tua.

Kamis, 09 Februari 2012

Dandim 0731/Klp Rehab Rumah Tidak Layak Huni


Dalam upaya mendukung dan membantu program Pemerintah Kabupaten Kulonprogo untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat diseluruh wilayah pelosok kulonprogo, disisi lain agar tugas pokok TNI dalam rangka menciptakan RAK Juang yang tangguh melalui Kemanunggalan TNI-Rakyat, sehingga Ketahanan Wilayah dan Ketahanan Negara dapat terwujud, maka Kodim 0731 Kulonprogo merasa ikut bertanggung jawab dalam mewujudkan program Pemerintah tersebut, guna mengurangi kemiskinan implementasi dari upaya yang dilaksanakan Kodim 0731 Kulonprogo dalam membantu Pemerintah Daerah adalah dengan melaksanakan rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni diseluruh wilayah Kabupaten Kulonprogo.

Kegiatan ini dilaksanakan bekerjasama lintas sektoral secara sinergis dan bersama-sama dengan berbagai komponen masyarakat,kegiatan ini berlangsung sepanjang tahun 2012 dengan sasaran awal sebanyak 100 rumah dari 1600 jumlah rumah tidak layak huni yang tersebar di 4 kecamatan antara lain :

1.Kecamatan Girimulyo di Desa Purwoharjo,Jatimulyo dan Giripurwo.
2.Kecamatan Panjatan di Desa Depok dan Tayuban.
3.Kecamatan Temon di Desa Kulur,Temonwetan dan Kaligintung.
4.Kecamatan Kokap di Desa Hargomulyo dan Kalirejo.

Kegiatan Rehabilitasi sosial tidak layak huni ini dicanangkan / dicetuskan  oleh Beliau Bapak Bupati Kulonprogo Dr.H.Hasto Wardoyo SpOG (K) pada tanggal 22 Januari 2012 dengan contoh rumah milik Bapak Suparman yang beralamat di Desa Giripurwo Kecamatan Girimulyo dan rumah bapak Bapak Kariyo Dimejo dengan alamat di Desa Pendoworejo Kecamatan Girimulyo.


Personel yang terlibat dalam kegiatan tersebut meliputi Kodim sendiri : 30 Orang, Tagana : 35 Orang dan warga masyarakat setempat. dari pendataan keluarga miskin yang dilakukan pada tahun 2011 tercatat 34.089 KK (24,6%) atau penduduk miskin diwilayah kulonprogo sebesar 111.756 jiwa (23,7%). Warga masyarakat kulonprogo belum beruntung dan berada dibawah garis kemiskinan tersebut memerlukan uluran tangan,empati dan kepedulian secara terpadu dan sinergis antara Kodim 0731 Kulonprogo ,Pemerintah kabupaten,pihak Swasta dan komponen bangsa lainnya, agar mereka bisa hidup layak.

Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan Rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni adalah membantu program pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat kulonprogo,namun disisi lain dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan serta meningkatkan Kemanunggalan TNI - Rakyat untuk kepentingan Pertahanan Negara. Langkah awal ini diharapkan angka kemiskinan  dapat terus berkurang, tingkat kesehatan akan semakin tinggi dan tingkat pendidikan masyarakat kurang mampu juga semakin meningkat, sehingga tujuan pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan dapat beriringan dengan RAK Juang yang tangguh untuk kepentingan Pertahanan Wilayah dan Pertahanan Negara.

Minggu, 05 Februari 2012

Santi Aji TNI AD dan Daftar Kodam Korem Kodim di Indonesia

Santi aji TNI-AD
8 WAJIB TNI

1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat.
2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat
3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita
4. Menjaga kehormatan diri di muka umum
5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaanya
6.Tidak sekali-kali merugikan rakyat
7. Tidak sekali menakuti dan menyakiti hati rakyat
8. Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk menga­tasi kesulitan rakyat sekelilingnya.

SAPTA MARGA 

1. Kami warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila
2. Kami patriot Indonesia pendukung serta pembela ideologi negara, yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah
3. Kami ksatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan
4. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia adalah bhayangkari negara dan bangsa Indonesia
5. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan prajurit
6. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan tugas serta senantiasa siap sedia berbakti kepada negara dan bangsa .
7. Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia setia dan menepati janji serta Sumpah Prajurit.

SUMPAH PRAJURIT

Demi Allah saya bersumpah / berjanji :
1. Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
2. Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan.
3. Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.
4. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tentara dan Negara Republik Indonesia.
5. Bahwa saya akan memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya.

11 ASAS KEPEMIMPINAN

1. Taqwa, ialah beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya.
2. Ing Ngarsa Sung Tulada, yaitu memberi suri tauladan di hadapan anak buah.
3. Ing Madya Mangun Karsa, yaitu ikut bergiat serta menggugah semangat di tengah-tengah anak buah.
4. Tut Wuri Handayani, yaitu mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.
5. Waspada Purba Wisesa, yaitu selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi koreksi kepada anak buah.
6. Ambeg Parama Arta, yaitu dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
8. Satya, yaitu sikap loyal yang timbal balik dari atas terhadap bawahan dan bawahan terhadap atasan dan ke samping.
9. Gemi Nastiti, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan.
10.Belaka, yaitu kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya
11.Legawa, yaitu kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan kepada generasi berikutnya.

IDENTITAS PRAJURIT DIPONEGORO 

1. Prajurit yang selalu, meningkatkan iman dan taqwa kepada kepada Tuhan YME, sehingga selalu diberikan kekuatan, kebenaran dan keberhasilan, dalam mengabdi kepada Negara dan bangsa.
2. Prajurit yang selalu, menegak kokohkan kehidupan prajurit sejati, yang berlandaskan sapta marga dan sumpah prajurit.
3. Prajurit yang selalu, menjadi pengayom dan pelindung rakyat yang tangguh, sehingga kehadirannya didambakan, dan dibanggakan oleh rakyatnya.
4. Prajurit yang berani, menghadapi tantangan dan hambatan apapun bentuknya, dengan semangat pantang menyerah, dilandasi profesionalisme yang tinggi.
5. Prajurit yang selalu, meningkatka kepekaan dan kewaspadaan, sehingga mampu bertindak cepat, terhadap setiap hakekat ancaman.
6. Prajurit yang selalu, menjaga dan menjunjung tinggi nama, martabat dan kehormatan prajurit diponegoro, dimana pun dan dalam keadaan bagaimanapun.

PANCASILA

1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab 
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 PANCA PRASETYA KORPRI

Kami anggota Korpri, insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME berjanji :
1. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan dan Pemerintah RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
2. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara serta memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia negara
3. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat diatas kepentingan pribadi dan golongan
4. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta kesetiakawanan Korpri
5. Menegakkan kejujuran, keadilan dan disiplin serta meningkatkan kesejahterahan dan profesionalisme.